BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pengetahuan berkaitan erat dengan penalaran, kemampuan penalaran manusia
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuanyang merupakan rahasia
kekuasaan-kekuasaannya. Manusia satu-satunya mahluk yang mengembangkan pengetahuan
secara sungguh-sungguh, Binatang hanya terbatas mempunyai pengetahuan untuk
kelangsungan hidupnya saja.
Hakikat penalaran merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang
berupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikait kan dengan
kegiatan berfikir dan bukan karena perasaan, meskipun kata pascal, hatipun mempunyai
logika sendiri
Sebagai sebuah kegiatan berfikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri,
pertamalogika , ialah suatu pola berfikir yang secara luas. Dengan pola yang
bersifat Jamak (plural) dan bukan tunggal (singular). Kedua ciri penalaran
adalah bersifat analitik proses berfikir ( berfikir yang menyandarkan
kepada suatu analisis dan kerangkaberfikir yang digunakan untuk analisis).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian dari Pengetahuan?
2.
Apa pengertian dari filsafat Ilmu ?
3.
Bagaimana Cara Membentuk pengetahuan melalui filsafat
ilmu?
C.
Tujuan
1.
Untuk dapat mengetahui pengertian pengetahuan
2.
Untuk dapat mengetahui pengertian filsafat ilmu
3.
Cara pembentukan pengetahuan memalalui filsafat ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengetahuan
‘Science’
merupakan bagian dari himpunan informasi yang termasuk dalam pengetahuan
ilmiah, dan berisikan informasi yang memberikan gambaran tentang struktur dari
sistem-sistem serta penjelasan tentang pola-laku sistem-sistem tersebut. Sistem
yang dimaksud dapat berupa sistem alami, maupun sistem yang merupakan rekaan
pemikiran manusia mengenai pola laku hubungan dalamtatanan kehidupan masyarakat
yang diinstitusionalisasikan. Dalam bahasa Inggris dapat dirumuskan sebagai
berikut: ‘Science is a sub-set of the information set on [human] scientific
knowledge that describes the structure of systems and provides explanation on
their behavioural patterns, wether natural or human institutionalized ones’.
Pergerakan yang dialami oleh pengetahuan sederhana menuju pada pembenaran
ilmu pengetahuan sehingga menjadi ilmu pengetahuan diperlukan sebuah landasan
dan proses sehingga ilmu pengetahuan (science atau sains) dapat dibangun.
Landasan dan proses pembangunan ilmu pengetahuan itu merupakan sebuah penilaian
(judgement) yang dilibatkan pada proses pembangunan ilmu pengetahuan.
Dalam pembangungan ilmu pengetahuan juga diperlukan
beberapa tiang penyangga agar ilmu pengetahuan dapat menjadi sebuah paham yang
mengandung makna universalitas. Beberapa tiang penyangga dalam pembangunan ilmu
pengetahuan itu sebenarnya berupa penilaian yang terdiri dari ontologi,
epistemologi dan aksiologi.
Perlunya penilaian dalam pembangunan ilmu pengetahuan
alasannya adalah agar pembenaran yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan dapat
diterima sebagai pembenaran secara umum. Sampai sejauh ini, didunia akademik
anutan pembenaran ilmu pengetahuan dilandaskan pada proses berpikir secara
ilmiah. Oleh karena itu, proses berpikir di dunia ilmiah mempunyai cara-cara
tersendiri sehingga dapat dijadikan pembeda dengan proses berpikir yang ada
diluar dunia ilmiah. Dengan alasan itu berpikir ilmiah dalam ilmu pengetahuan
harus mengikuti cara filsafat pengetahuan atau epistemologi, sementara dalam
epistemologi dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh
pengetahuan secara ilmiah disebut filsafat ilmu .
Pengetahuan adalah suatu bidang studi filsafat yang
obeyk materinya berapa ilmu pengetahuan dalam berbagai jenis, betuk dan sifatnya.
Jadi meliputi pluralitas ilmu pengetahuan. Adapun obyek formanya berupa hakikat
ilmu pengetahuan. Adapun jenis-jenis llmu pengetahuan menurut obyeknya dapat
diklasifikasikan ke dalam ilmu pengetahuan :
·
Ilmu pengetahuan humaniora dengan obyek materi
manusia;
·
Ilmu pengetahuan social dengan obyek materi Sosiologi
Apakah manfaat mempelajari Ilmu Pengetahuan?
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai
otologis.
Dengan paradigma ontologis, diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan wawasan spiritual keilmuan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme
nilmu pengetahuan
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan perindustrian dalam batasn nialai
epistemologis. Dengan paradigma epistemologis, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan
wawasan intelektual keilmuan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan, teknologi dan
perindustrian dalam batasan nilai etis. Dengan paradigma etis, diharapkan dapat
,mendorong pertumbuhan perilaku adil yang mampu membentuk moral tanggung jawab,
sehingga pemberdayaan ilmu poengethuan, teknologi dan perindusytrian
semata-mata hanya untyuk kelangsungan kehidupan yang adil dan berkebdayaan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dipertanggung jawabkan bukan hanya bagi
kepentingan subyek manusia saja, melainkan lebih daripada itu, demi kepentingan
obyek alam sebagai sumber kehidupan.
B. Pengertian Filsafat Ilmu
Merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang ilmu pengetahuan yang
mempunyai ciri-ciri tertentu. Meskipun secara metodologis ilmu tidak membedakan
antara ilmu-ilmu alam dengan sosial namun permasalah-permasalahan.
Filsafat ilmu mempersoalkan dan
mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, fisik, dan
metafisik. Filsafat ilmu memfokuskan pembahasan dalam metodologi ilmu
pengetahuan .ilmumerupakan salah satu cara untuk mengetahui bagaimana budi
manusia bekerja.ilmu pengetahuan meupakan karya budi manusia bekerja , karya
budi logis dan imajinatif sekaligus bernurani, ilmu bersifat
empirik, sistematikm observatif dan obyektif.
Untuk memahami arti dan makna
filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa
ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.
- Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu
tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini yang
dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
- Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu
mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu
keseluruhan.
- Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan
cabang pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah sistematis mengenai sifat
dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan
praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.
- May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis
yang netral secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan penjelasan
mengenai landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas kita
memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafat ilmuan yang
ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi
ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu
merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan) yang secara
spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :
- Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud
yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi
dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan
ontologis)
- Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang
harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah
kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan
yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)
- Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan
kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan
pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional
? (Landasan aksiologis).
C.
Pembentukan
pengetahuan memalui filsafat ilmu
Untuk
dapat mengetahui Pembentukan pengetahuan melalui filsafat ilmu ada tiga cabang besar yang harus diketahui yaitu :
·
Ontologi, membicarakan hakikat (segala sesuatu)
; ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu .
·
Epistemologi, cara memperoleh
pengetahuan itu
·
Aksiologi, membicarakan guna pengetahuan
itu
ONTOLOGI(TEORI HAKIKAT) meliputi
apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan
pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa
dan bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme
yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme
dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya
menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing‑masing mengenai apa dan
bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.Pembahasan
pengetahuan objek itu dipikirkan secara mendalam sampai pada hakikat terdiri atas
:
·
materialisme/naturalisme :hakikat benda adalah materi
itu sendiri, rohani, jiwa, spirit muncul dari benda, Naturalisme tidak mengakui
roh , jiwa tentu saja termasuk Tuhan
·
Idealisme : Hakikat benda adalah rohani, spirit.
Alasan : nilai rohnya lebih tinggi dari badan, manusia tidak dapat memahami
dirinya daripada dunia dirinya.
·
Dualisme : hakikat benda itu dua, materi dan imateri,
materi bukan muncul dari roh, roh bukan muncul dari benda, sama-sama hakikatnya
·
Skeptisisme
·
Agnotisme : manusia tidak dapat mengetahui hakikat
benda
Hasilnya : 1. Kosmologi, 2. Antropologi, 3. Theodicea,
4. Macam-macam filsafat
EPISTEMOLOGI (TEORI PENGETAHUAN) meliputi
sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai
pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita
pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman,
atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang
dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model‑model epistemologik
seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis,
positivisme, fenomenologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana
kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi
pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi, korespondesi, pragmatis, dan
teori intersubjektif.Cara memperoleh pengetahuan logika dengan cara
membentuk pengetahuan itu sendiri terdiri atas :
·
Empirisme (John Locke 1632-1704)
·
Rasionalisme (Rene Decartes 1596 – 1650)
·
Positivisme (August Compte, 1798 – 1857)
·
Intusionisme (Hendri Bergson, 1859 – 1941)
Hasilnya : 1. sains, 2. Filsafat Logika, 3. Latihan
rasa (intuisi)
AKSIOLOGI
meliputi nilal‑nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian
makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam
kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial,
kawasan simbolik atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai juga
ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang
wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di
dalam menerapkan ilmu.
Dalam
perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi
Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal
pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan
ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan.terditi atas :
·
Hedonisme : sesuatu dianggap baik jika mengandung
kenikmatan bagi manusia (hedon)
·
Vitalisme : baik buruknya ditentukan oleh ada tidaknya
kekuatan hidup yang dikandung obyek-obyek yang dinilai, manusia yang kuat,
ulet, cerdas adalah manusia yang baik.
·
Utilitarisme : Yang baik adalah yang berguna, jumlah
kenikmatan- jumlah penderitaan = nilai perbuatan
·
Pragmatisma : Yang baik adalah yang berguna secara praktis
dalam kehidupan, ukuran kebenaran suatu teori ialah kegunaan praktis teori itu,
bukan dilihat secara teoritis
Ilmu atau ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan
meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini
dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian
dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya.
Ilmu bukan
sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan
berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang
dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh
mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari
epistemologi.
Ilmu Alam hanya
bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani
(material saja), atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia
jika lingkup pandangannya dibatasi ke dalam segi umum dari perilaku manusia
yang konkret. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan
tentang berapa jarak matahari dan bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah
seorang pemudi cocok menjadi perawat.
Di mana posisi
filsafat ilmu ketika dihadapkan dengan Islamisasi ilmu pengetahuan. Pada
dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan
tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat
menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk
metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep
tesis, dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan
kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat (esensi)
pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi
ilmu dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan
Islamisasi ilmu pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi
dan epistimologinya. Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu
pengetahuan yang didasarkan atas sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki
seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu pengetahuan sangat tergantung pada
cara pandang ilmuwan terhadap realitas.
Manakala
realitas yang dimaksud adalah materi, maka lebih terarah pada ilmu-ilmu
empiris. Manakala realitas yang dimaksud adalah spirit atau roh, maka lebih
terarah pada ilmu-ilmu humanoria. Sedangkan epistimologi titik tolaknya pada
penelaahan ilmu pengetahuan yang di dasarkan atas cara dan prosedur dalam
memperoleh kebenaran.
Objek Material filsafat ilmu Yaitu
suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu
atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu
yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri (2000) bahwa objek
material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam pikiran, ada dalam
kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi
dua, yaitu :
1.
Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang
menyelidiki tentang hal yang ada pada umumnya.
2.
Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada
secara mutlak (theodicae) dan tidak mutlak yang terdiri dari manusia
(antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu
atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan,
dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia.
ilmu
ada tiga cabang besar yang harus
diketahui yaitu :
·
Ontologi, membicarakan hakikat (segala
sesuatu) ; ini berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu .
·
Epistemologi, cara memperoleh
pengetahuan itu
·
Aksiologi, membicarakan guna pengetahuan
itu
B. Saran
Di harapkan kepada pembaca agar mengetahui filsafat-filsafat khususnya yang
berkaitan erat dengan ilmu pengetahuan
DAFTAR
PUSTAKA