Saturday, October 5, 2013

INDIVIDU SEBAGAI KESATUAN BERBAGAI KARAKTER

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Setiap masing-masing orang atau setiap individu memiliki karakter yang berbeda. Meskipun individu itu kembar itulah uniknya perbedaan karakteristik itu juga merupakan sifata alamiah yang bukan di buat-buat oleh manusia.
Manusia juga  merupakan satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan antara
aspek jasmani dan rohani. Aspek-aspek yang ada dalam individu akan tampak gejala-gejalanya dalam perkembangan individu tersebut.

B.     Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan individu sebagai suatu kesatuan?
2.      Apa saja gejala-gejala yang terjadi  pada diri individu?
3.      Apa perbedaan karakteristik individual?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian individu sebagai suatu kesatuan
2.      Untuk mengetahui gejala-gejala yang terjadi  pada diri individu
3.      Untuk mengetahui perbedaan karakteristik individual







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian individu sebagai suatu kesatuan
Agar memudahkan untuk mengenal dan memahami karakteristik individu secara umum terlebih dahulu mengetahui apa yang dimaksud dengan  individu. Individu merupakan satu kesatuan aspek  atau jasmani dan aspek psikis atau rohani / jiwa yang tidak dapat dipisahkan. Fisik atau jasmani merupakan aspek yang bersifat kasat mata, kongkret dapat diamati dan tidak kekal, sedangkan aspek psikis, rohani atau jiwa merupakan aspek yang bersifat abstrak, immaterial, tidak dapat diamati dan kekal.[1]
Individu adalah orang seseorang, perorangan, pribadi orang atau terpisah dari yang lain.[2] Jadi, individu adalah seseorang yang memiliki aspek jasmani dan juga aspek psikis yang tak dapat dipisahkan.Menurut Plato (427-347 SM) Membagi Psikis menjadi tiga aspek yaitu :
1.      Pikir atau kognisi, yang berlokasi di kepala
2.      Kehendak yang berlokasi di dada
3.      Keinginan, yang berlokasi di perut
Istilah dari Plato itu terkenal dengan sebutan (trikotomi) artinya tiga dalam satu. Konsep yang di buat oleh Plato kemudian diikuti leh Filsuf lain antaranya adalah Jean jaques Rousseau (Prancis, 1712-1778), J.N. tetens (Jerman, 1736-1805) dan juga Immanuel Kant (Jerman,1724-1805).[3]
Sedangkan menurut Aristoteles, gejala jiwa tidak terbagi tiga melainkan terbagi dua yaitu :
1.      Kognisi, gejala mengenal yang berpusat pada pikir
2.      Konasi, gejala menghendaki yang berpusat pada kemauan
Konsep yang dibuat oleh Aristoteles ini kemudian di kenal dengan sebutan (dikotomi) yang berarti dua dalam satu.kemdian konsep ini di ikuti pula oleh Cristian Wolf (Jerman,1670-1754)
Perlu ditegaskan di sini bahwa pembagian jiwa dengan pendekatan trikotomi maupun dikotomi ini merupakan hasil perenungan filosofis sehingga sifatnya teoristis. Dalam kenyataannya, jiwa itu sendiri tidak dapat dipetak-petak atau dibagi-bagi. Oleh karena itu, pada perkembangan berikutnya terutama sejak zaman Abad Pertengahan, para filsuf pada era itu mulai menyadari dan semakin mngembangkan pemikiran dan pengkajian mengenai jiwa manusia ini.
Pandngan para filosuf Abad Pertengahan tentang aspek jasmani dan rohani dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1.      Antara jasmani dan rohani itu merupakan suatu kesatuan sehingga tidak dapat dibagi/dipisahkan sama sekali. Pandangan ini kemudian dikenal dengan pendekatan “monisme”.
2.      Meskipun disadari bahwa aspek jasmani dan rohani merupakan satu kesatuan, tetapi, antara jasmani dan rohani itu dapat berdiri sendiri. Pandangan ini kemudian dikenal dengan pendekatan “dualisme”.

Pandangan monisme maupun dualisme itu sama-sama sepakat bahwa individu merupakan suatu kesatuan jasmani dan rokani yang tidak dapat dipisahkan. Sebab, tidak mungkin seseorang berpikir tanpa ada unsur kemauan dan tidak mungkin seseorang menginginkan sesuatu tanpa ada unsur berfikir. . Bahkan ketika pikiran sedang sibuk, raut muka yang bersifat fisik itu tampak berbeda dengan keadaannya pada saat pikiran sedang santai. Keadaan jiwa yang tengah bergembira karena mendapatkan suatu keberuntungan akan tercermin pada gerak langkah dan ekspresi seseorang. Sebaliknya, seseorang yang sedang kesusahna atau mendapatkan suatu ketidak-beruntungan juga akan tampak dalam ekspresi wajahnya.[4]


B.     Gejala-gejala yang terjadi pada berbagai aspek diri individu
Manusia merupakan satu kesatuan yang tak mungkin dapat di pisahkan antara aspek jasmani dan aspek rohani oleh sebab itu segala bentuk dari gejalanya bisa tampak dari perkembangan aspek individu yang di paparkan sebagaimana berikut ini.
Drs.H. M. Arifan, M.Ed. merangkum berbagai pendapat ahli biologi tentang makna pertumbuhan dan perkembanagan sebagai berikut “pertumbuhan sebagai suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukurat demensif tubuh serta bagian-bagiannya.[5]
1.      Aspek jasmani (fisik)
Setiap individu memiliki gejala-gejala aspek fisik yang menandakan bahwa individu itu mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
a.       Pada wanita
-          Pertumbuhan payudara
-          Kulit yang semakin halus
b.      Pada pria
-          Munculnya lekum atau jakun
-          Otot yang semakin kasar dan kekar
2.      Aspek Intelek
Gejala yang tampak sebagai perkembangan individu dalam aspek intelek antar lain :
a.       Perubahan secara kuantitatif dan kaulitatif mengenai kemampuan anak dalam mengatasi berbagai masalah. Perubahan secara kuantitatif berarti semakin banyak hal-hal yang dapat diatasi, sedangkan perubahan kualitatif berarti semakin dapat mengatasi hal-hal yang lebih sulit.
b.      Semakin berkurangnya berpikir konkrit dan semakin berkembangnya berpikir abstrak. Berpikir konkrit ialah berpikir yang terikat pada bendanya dan sangat memerlukan bantuan alat peraga jika benda aslinya tidak ada, sedangkan berpikir abstrak ialah berpikir yang tidak terikat pada bendanya.
c.       Semakin berkembangaanya kemampuan memecahkan masalah-masalah yajng bersifat hipotetis.. Artinya, semakin mampu membuat perencanaan, penaksiran, atau bahkan prakiran kecenderungan sesuatu di masa yang akan datang.

3.       Aspek emosi
a.       Ketidakstabilan emosi pada anak remaja.
b.      Sikap emosional yang meluap-luap.
c.       Semakin mampu mengendalikan diri.
4.      Aspek sosial
a.       Memilikli sikap toleran, empati, sertas memahami dan menerima pendapat orang lain
b.      Semakin santun dalam menyampaikan pendapat maupun kritik kepada orang lain.
c.       Adanya keinginan untuk selalu bergaul dan bekerja sama dengan orang lain.
d.      Semakin senang tolong menolong.
e.       Bersedia memberikan sesuatu yang dibutuhkan orang lain.
f.        Hormat, sopan, ramah dan menghargai orang lain.

5.      Aspek bahasa
a.       Bertambahnya perbendaharaan kata.
b.      Mahir dan lancer dalam menggunakan bahasa dengan memilih kata yang tepat penggunaan tekanan kalimat tepat dan membuat variasi kalimat.
c.       Dapat memformulasikan kalimat dengan baik dan benar dalam menjabarkan idea tau konsep.
d.      Dapat memformulasikan kalimat dengan baik dan benar untuk meringkas ide ke dalam deskripsi singkat.


6.      Aspek bakat khusus
Bakat merupakan kemampuan tertentu atau khusus yang dimiliki oleh seorang individu yang hanya dengan rangsangan atau sedikit latihan, kemampuan itu dapat berkembang dengan baik. Di dalam definisi bakat yang dikemukakan Guilford mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi perceptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual. Ketiga dimensi itu menggambarkan bahwa bakat tersebut mencakup kemampuan dalam pengindraan, ketepatan dan kecepatan menangkap makna, kecepatan dan ketepatan bertindak, serta kemampuan berpikir inteligen.[6]
Jadi, jika sudah mengetahui bakat khusus yang dimiliki pembelajaran dalam proses pendidikanpun dapat dilakukan dengan mudah dan dapat output yang memuaskan pula tentunya.
7.      Aspek nilai, moral dan sikap
a.       Pandangan hidup semakin jelas dan tegas
b.      Memahami hal yang baik dan buruk serta tindakan yang boleh atau tidak boleh dilakukan.
c.       Menghargai dan menaati serta menerapkan nilai dan norma.
d.      Menentang kebiasaan yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku.

C.    Perbedaan karakteristik individual
Berbagai aspek dalam diri individu berkembang melalui cara yang bervariasi dan oleh karena itu menghasilkan perubahan karakteristik individual yang bervariasi pula. Perbedaan perkembangan berbagai karakteristik individual itu tampak dalam aspek – aspek yang ada pada setiap diri individu sebagaimana dijelaskan sebagai berikut :
1.      Perbedaan karakteristik individual aspek fisik.
Gejala-gejala perkembangan aspek fisik dalam perbedaan perkembangan karakteristik
a.       Ada anak yang lekas lelah ada juga yang kuat
b.      Ada yang cepat dalam bekerja ada juga yang lamban
c.       Ada yang sanggup menahan lapar ada juga yang tidak tahan
2.      Perbedaan karakteristik individual aspek intelek
Gejala-gejala perkembangan aspek intelek dalam perbedaan perkembangan karakteristik
a.       Ada yang cerdas, kurang cerdas bahkan sangat kurang cerdas
b.      Ada yang dengan cepat memecahkan masalah ada yang kurang bahkan tidak bisa sama sekali
c.       Ada yang sanggup berfikir abstrak dan kreatif  ada juga yang bisa berfikir jia diberi bantuan benda lain.
3.      Perbedaan karakteristik individual aspek emosi
Gejala-gejala perkembangan aspek emosi dalam perbedaan perkembangan karakteristik
a.       Ada anak yang mudah marah ada pula yang penyabar
b.      Ada yang peka/perasa ada juga yang acuh/tidak peduli
c.       Ada yang pemalu dan penaku ada juga yang pemberani
4.      Perbedaan karakteristik individual aspek sosial
Gejala-gejala perkembangan aspek sosial dalam perbedaan perkembangan karakteristik
a.       Ada anak yang mudah bergaul ada juga anak yang sulit bergaul
b.      Ada yang bersikap toleran ada juga anak yang bersikap egois
c.       Ada anak yang mudah memahami perasaan temannya ada juga anak yang mau menang sendiri
d.      Ada yang kepedulian  sosialnya tinggi ada juga yang tak mau ambil tau
e.       Ada anak yang memikirkan orang lain ada juga anak yang hanya ingin memikirkan dirinya sendiri
d.      Ada yang pemalu dan penaku ada juga yang pemberani
5.      Perbedaan karakteristik individual aspek bahasa
Gejala-gejala perkembangan aspek ahasa dalam perbedaan perkembangan karakteristik
a.       Ada anak yang mudah berbicara dengan lancar, ada pula yang gugup.
b.      Ada anak y ang dapat berbicara secara ringkas dan jelas, tetapi ada pula yang berbelit-belit dan tidak jelas.
c.       Ada anak yang berbicara dengan intonasai yang menarik, ada pula yang monoton.

6.      Perbedaan karakteristik individual pada aspek bakat
Gejala-gejala perkembangan aspek bakat dalam perbedaan perkembangan karakteristik
a.       Ada anak yang sejak kecil mudah memainkan alat musik, namun ada juga yang sampai dewasa tidak dapat memainkan alat musik.
b.      Ada anak yang mudah melukis, namun ada pula yang sangat sulit.
c.       Ada anak yang cepat menghafal dan menyanyikan lagu dengan baik, tetapi ada pula yang sulit.
7.      Perbedaan karakteristik individual pada aspek nilai, moral dan sikap
Gejala-gejala perkembangan aspek nilai, moral dan sikap dalam perbedaan perkembangan karakteristik
a.       Ada anak yang taat norma, ada yang tidak
b.      Ada anak yang berperilaku dan bermoral tinggi, ada juga yang tidak bermoral dan tak senonoh
c.       Ada anak yang sopan dan santun, tetapi ada yang seenaknya saja sendiri atau tidak punya sopan santun.
Jadi, dapat disimpulkan bahawa setiap individu memiliki karakter yang berbeda-beda.menyamaratakan pendidikan terhadap individu yang memiliki karakteristik berbeda satu sam alain berarti mengingkari hakikat dan kodrat kemanusiaannya sehingga akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.






BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.         Individu adalah manusia yang berkedudukan sebagai pribadi yang tunggal dan khas.
2.         Manusia harus mengalami pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis.
3.         Manusia merupakan satu kesatuan yang tak mungkin dapat di pisahkan antara aspek jasmani dan aspek rohani
4.         Kematangan pertumbuhan fisik yang ditandai oleh berfungsinya masing-masing organ, berpengaruh terhadap perkembangan non-fisik, seperti berpikir, bahasa, sosial, emosi, dan pengenalan terhadap nilai, norma, dan moral.
B.     Saran
Agar memudahkan dalam proses belajar-mengajar anak  hendaknya bagi kita selaku calon pendidik terlebih dahulu mengenal pada tiap-tiap karakter dari individu para peserta didik. Karena belum individu memiliki karakter yang sama.









DAFTAR PUSTAKA
-          Ali, Muhammad dan Asrori,Muhammad.Psikologi remaja.Jakarta:Bumi aksara
-          Al-mighwar, Muhammad.2006.Psikologi remaja.Surabaya:Pustaka Setia.
-          Nirmala, Andini T. dan A. Pratama, Aditya 2003.Kamus lengkap bahasa indonesia.Surabaya:Prima  media.





[1] Muhammad Ali dan Muhammad Asrori.Psikologi remaja.Jakarta:Bumi aksara.hal.1
[2] Andini T. Nnirmala, Aditya A. Pratama.2003.Kamus lengkap bahasa indonesia.Surabaya:Prima  media.hal162.
[3] Muhammad Ali dan Muhammad Asrosri.Loc.cit.hal.1.
[4] Muhammad Ali dan Muhammad Asrosri.Ibid.hal 2.
[5] Muhammad Al-Mighwar.2006.Psikologi remaja.Bandung:Pustaka setia.hal.75
[6] http://qudsrepublic.blogspot.com/2011/06/ppd-individu-sebagai-kesatuan-berbagai.html

No comments:

Post a Comment

kotak saran