Monday, October 14, 2013

TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN DALAM ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Pada dasarnya tujuan dari hidup seorang muslim adalah untuk mengabdi pada Allah SWT. Karena pengabdian adalah bentuk realisasi dari keimanan dan diaplikasikan dalam setiap sendi-sendi kehidupan dan itu adalah menjadi tujuan dari pendidikan islam. Sedangkan tujuan pendidikan islam adalah terbentuknya insan yang memiliki dimensi religius, berbudaya, dan berkemampuan ilmiah.
Pendidikan terbagi menjadi 3 yaitu pendidikan  informal, pendidikan nonformal, dan pendidikan formal. Penanggung jawab pendidikan informal adalah orang tua dan keluarga di rumah. Mereka perlu mendidik anak mereka agar menjadi anggota masyarakat yang berbudi. Penanggung jawab pendidikan nonformal adalah masyarakat kursus dan sejenisnya. Mereka perlu mendidik peserta didik sehingga memiliki keterampilan yang memadai. Dan penanggung jawab pendidikan formal adalah sekolah dan perguruan tinggi. Peranan dan tanggung jawab pendidikan formal, informal dan nonformal ini sangatlah penting, keduanya saling berkaitan dan harus saling menunjang demi terwujudnya tujuan pendidikan Islam dan tujuan pendidikan Indonesia yakni “membangun aqidah yang luhur dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
B.     Perumusan masalah
Untuk mempermudah, pemakalah merumuskan permasalahan sebagai berikut
1.      Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab ?
2.      Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab pendidikan dalam islam?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui arti dari tanggung jawab
2.      Untuk mengetahui tanggung jawab pendidikan dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian tanggung jawab
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu(kalau ada terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dsb.)[1] Jadi, tanggung jawab adalah sikap seseorang  secara sadar, berani dan mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala resikonya.
Begitu pula hal nya dengan tanggung jawab terhadap pendidikan yaitu untuk mengantarkan para peserta didik agar lebih mengenal karakteristikk dirinya.
B.     Tanggung jawab pendidikan dalam islam
Pendidikan pada dasarnya adalah proses memanusiakan manusia (humanising human being) artinya pendidikan adalah suatu  upaya  pengangkatan  manusia ke taraf insani sehingga ia dapat menjalankan hidupnya sebagai   manusia   utuh, bermoral bersosial, berkarakter, berpribadi, berpengetahuan berohani.
Dalam GBHN (Ketetapan MPR No. IV/MPR/1978), berkenaan dengan pendidikan dikemukaan antara lain sebagai berikut : “pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga,sekolah dan masyarakat, karena itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.[2]
Jadi, pendidikan bukan hanya sepenuh nya ditanggung oleh pihak sekolah, akan tetapi, keluarga dan masyarakatpun ikut berkiprah, terutama keluarga. Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik ialah membantu anak-anak didik di dalam perkembangan dari daya-daya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan dan bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.[3]
A.    Orang tua / keluarga
Keluarga adalah sanak saudara.[4]yaitu suatu sistem kehidupan dan bagian terkecil dari masyarakat. Orang tua juga bisa di sebut sebagai pendidik yang pertama dan utama,ini disebabkan karena dari awal kehidupan anak telah mengenal dan mempercayai, dengan merasa lebih nyaman dengan orang tuanya. Ini di karena kan orang tua bertanggung jawab sebagai pelindung  bagi kehidupan anak-anaknya.
Seorang anak bisa saja lebih dekat kepada ibu nya, hal ini disebabkan,karena seorang ibu selalu di dekatnya, ibu juga adalah orang yang pertama  di kenal oleh anak.
Juga bisa saja sang anak lebih dekat terhadap ayah nya karena lewat  kerja keras sang ayah, seorang anak dapat mengidolakann ayahnya dan menjadikannya sebagai contoh.
Orang tua harus menanamkan sejak dini pendidikan agama terutama pendidikan untuk mengenal dan meng esakan Allah. Sebagaimana firman Allah
berdasarkan QS. Luqman:13
وَإِذْقَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَتُشْرِكْ بِاللهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.[5]
مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ  (وصححه الألباني في "الإرواء"، رقم 247)
Artinya :"Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam Irwa'u Ghalil, no. 247)
Apapun itu, yang jelas kedua orang tua sangatlah berperan penting terhadap segala sesuatu yang akan di timbulkan oleh anak. Maka islam memandang keluarga bukan hanya persekutuan terkecil saja melainkan lebih dari itu,yakni sebagai lembaga hidup manusia yang memberi peluang kepada anggotanya untuk hidup celaka atau bahagia di dunia maupun di akhirat. Pertama –tama yang diperintah kan oleh Allah kepada nabi Muhammad dalam mengembangkan agama islam adalah untuk mengajarkan agama itu kepada keluarganya, baru kemudian kepada masyarakat luas.
Hal itu berari betapa utama nya keluarga sehingga harus di dahulukan terlih dahulu dari pada masyarakat. Karena keluarga adalah komponen terkecil dari masyarakat, bila  keluarga dapat terkoordinir dengan baik, maka masyarakatpun ikut menjadi baik.
Sejalan dengan firman Allah
öÉRr&ur y7s?uŽÏ±tã šúüÎ/tø%F{$# ÇËÊÍÈ  
Artinya:” Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat”.[6]
Islam juga memerintahkan agar orang tua berlaku sebagai pemimpin dan berkewajiban untuk melindungi keluarganya dari api neraka, sejalan dengan firman Allah.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ  
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.[7]
Tanggung jawab pendidikan meliputi dunia dan akhirat, oleh sebab itu orang tua saja tidak cukup untuk memikulnya sendiri secara sempurna Jadi, tanggung jawab pendidikan itu pada dasarnya tidak bisa di serahkan kepada orang lain, terutama pada sekolah, karena sekolah hanya bagian dari keikutsertaan saja bukan tanggung jawab seutuhnya. Hal ini di butuhkan kerja sama yang baik dalam mendidik antara Orangg tua, guru dan masyarakat.
B.     Guru
Guru adalah pendidik yang professional karna ia merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Ketika orang tua menyerahkan anak nya untuk disekolahkan, berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.
Dinegara - negara timur sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh masyarakat. Orang india dahulu, menganggap guru sebagai orang suci dan sakti. Dijepang, guru disebut sensei, artinya yang lebih dahulu lahir, yang lebih tua. Di Inggris dan di Jerman ”der lehrer” yang berarti pengajar. Akan tetapi,kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti “ pengajar”, melainkan juga “pendidik”, baik di dalam maupun diluar sekolah ia harus menjadi penyuluh masyarakat.[8]
Dalam perspektif agama islam, guru/ulama (orang yang berilmu) sangat dihormati sebagai mana firman Allah dalam surah Al-Mujadillah ayat 11 sebagai berikut :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
Artinya:’Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.’[9]
Syarat untuk menjadi guru :
1.      Bertaqwa kepada Allah
Sesuai dengan ilmu pendidikan islam tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepada-Nya. Guru adalah teladan bagi muridnya sebagaimana Rasulullah menjadi tauladan bagi umatnya.



2.      Berilmu
Guru harus berilmu pengetahuan dan memiliki kesanggupan tertentu yang dibutuhkan untuk mengemban tugas agar ia mampu menyalurkan ilmunya kepada murid bukan hanya sekedar dari bermodalkan ijazah.
3.      Sehat jasmani
Hendaknya sebagai guru harus sehat jasmani jangan sampai guru mengidap penyakit yang menular dan membahayakan bagi kesehatan anak-anak. Seperti kata “men sana in corpore sano” artinya  dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
4.      Berkelakukan baik
Guru harus menjadi teladan yang baik karena anak-anak suka meniru, jika gurunya berakhlak baik maka baik pula yang akan ditiru oleh murid. Akhlaq yang baik adalah akhlaq yang sesuai dengan ajaran islam.
Diantara akhlak guru :
a.       Mencintai jabatannya.
b.      Bersikap adil terhadap semua murid.
c.       Berlaku sabar dan tenang.
d.      Guru harus berwibawa.
e.       Guru harus bergembira.
f.       Guru harus bersifat manusiawi.
g.      Bekerja sama dengan guru lain.
h.      Bekerja sama dengan masyarakat.

C.    Masyarakat
Tak hanya orang tua dan guru yang harus memikul tanggung jawab pendidikan, akan tetapi masyarakat pun turut serta. Pengaruh masyarakat sangat besar terhadap pendidikan anak terutama para pemimpin dan penguasa di dalam masyarakat. Pemimpin muslim tentu saja menginginkan agar anak dididik menjadi anggota yang taat dan patuh menjalani agamanya baik dalam lingkungan keluarga maupun diluar.
Pemerintah dalam hal ini mempunyai fungsi dan peranan untuk memimpin, mengatur, membimbing dan menunjukkan arah proses pendidikan yang harus terjadi di dalam keseluruhan lembaga yang terdapat di dalam masyarakat, sehingga penyimpangan dan salah didik tidak akan terjadi.
Prof.Dr. Oemar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany mengemukakan sebagai berikut :
Diantara ulama-ulama mutakhir telah menyentuh persoalan tanggung jawab adalah Abbas Mahmud Al-Akkad yang menganggap rasa tanggung jawab sebagai salah satu ciri pokok bagi manusia pada pengertian Al-qur’an dan Islam, sehingga dapat ditafsirkan manusia sebagai : “ Makhluk yang bertanggung jawab”
tûïÏ%©!$#ur (#qãZtB#uä öNåk÷Jyèt7¨?$#ur NåkçJ­ƒÍhèŒ ?`»yJƒÎ*Î/ $uZø)ptø:r& öNÍkÍ5 öNåktJ­ƒÍhèŒ !$tBur Nßg»oY÷Gs9r& ô`ÏiB OÎgÎ=uHxå `ÏiB &äóÓx« 4 @ä. ¤ÍöD$# $oÿÏ3 |=|¡x. ×ûüÏdu ÇËÊÈ
Artinya : Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.[10]
 Semua anggota masyarakat memikul tanggung jawab membina,memakmurkan , memperbaiki, mengajak kepada kebaikan, menyuruh yang ma’ruf melarang yang munkar di mana tanggung jawab manusia melebihi perbuatan-perbuatannya dan maksudnya, sehingga mencakup masyarakat tempat ia hidup dan alam di sekelilingnya Islam tidak membebaskan manusia dari tanggung jawab tentang apa yang berlaku pada masyarakatnya dan apa yang terjadi di sekelilingnya atau terjadi dari orang lain. Terutama jika orang lain itu termasuk oran gyang berada di bawah perintah dan pengawasanya seperti : istri, anak, dll.
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ šcöqyg÷Ys?ur Ç`tã ̍x6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB šcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
Artinya:” Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”.[11]
`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
Arinya:’ Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.[12]
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 šcrâßDù'tƒ Å$rã÷èyJø9$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# šcqßJŠÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨9$# šcqãèŠÏÜãƒur ©!$# ÿ¼ã&s!qßuur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷Žzy ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# îƒÍtã ÒOŠÅ3ym ÇÐÊÈ  
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”[13]
Point terpenting yang menjadi rahasia suksesnya pendidikan yang dilakukan Rasulullah adalah keberhasilan beliau dalam mensinergikan pendidikan di rumah (oleh orang tua), di masyarakat (yakni dengan budaya di masyarakat yang telah berubah menjadi Islami, keamanahan birokrasi, keadilan pemimpin, dan keteladanan Rasulullah dan pemimpin publik lainnya) serta Negara (Rasulullah sebagai kepala negara yang mengatur setiap aspek kehidupan dengan Islam). Inilah yang menjadi kendala saat ini dan menuntut peran kita semuanya untuk mengubahnya.
Bagaimana tidak, di sekolah siswa diajari harus jujur (walaupun ada oknum yang mengajarkan tidak jujur, semisal membolehkan curang dalam ujian, atau justru sebagian gurunya yang curang), namun di masyarakat kecurangan dibiarkan merajalela. Di Sekolah diajarkan shalat, namun di rumah orang tuanya tidak shalat dan di masyarakat banyak orang juga meninggalkan shalat. Di sekolah di ajarkan bahwa suap adalah haram, namun fakta di masyarakat menunjukkan bahwa hampir setiap lini kehidupan telah terjangkiti penyakit suap ini. Di sekolah diajarkan bahwa aurat wajib di tutup, namun di masyarakat pornografi dibiarkan merajalela. Di sekolah diajarkan bahwa aturan Allah adalah aturan yang paling baik dan paling Adil karena dibuat oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha Adil, namun di masyarakat aturan-aturan ini diinjak-injak dan yang dipakai justru aturan peninggalan penjajah. Faktor inilah yang memberikan andil besar dalam rusaknya generasi Islam Indonesia.[14]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu(kalau ada terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dsb.) Jadi, tanggung jawab adalah sikap seseorang  secara sadar, berani dan mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala resikonya.
Begitu pula hal nya dengan tanggung jawab terhadap pendidikan yaitu untuk mengantarkan para peserta didik agar lebih mengenal karakteristikk dirinya.
Ada tiga komponen yang harus ikut berkiprah dalam tanggung jawab pendidikan yaitu
1.      Orang Tua
Orang tua juga bisa di sebut sebagai pendidik yang pertama dan utama,ini disebabkan karena dari awal kehidupan anak telah mengenal dan mempercayai, dengan merasa lebih nyaman dengan orang tuanya.

2.      Guru
Guru adalah pendidik yang professional karna ia merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Ketika orang tua menyerahkan anak nya untuk disekolahkan, berarti pelimpahan sebagian tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru.

3.      Masyarakat
Pemerintah dalam hal ini mempunyai fungsi dan peranan untuk memimpin, mengatur, membimbing dan menunjukkan arah proses pendidikan yang harus terjadi di dalam keseluruhan lembaga yang terdapat di dalam masyarakat, sehingga penyimpangan dan salah didik tidak akan terjadi.

B.     Saran
Bagi para akademisi, sebagai pemerhati pendidikan agar ikut andil  dan  saling  bekerja  sama  dalam  meningkatkan  kualitas  sumber  daya manusia melalui  pendidikan  Islam , misalnya melalui rencana  pendidikan,  baik  berjangka  panjang  ataupun  pendek,  tujuan pendidikan,  komponen  kurikulum,  pelatihan  tenaga  kependidikan,  maupun anggaran  pendidikan,  sehingga  spirit  untuk  selalu  memajukan  dan mengembangkan pendidikan Islam tak akan pernah padam.














DAFTAR PUSTAKA

-          Alqur’an dan terjemahannya
-         Nirmala, Andini T..2003.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Prima Media
-         Daradjat, Zakiah.2012.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi Aksara.
-         http://rusdy1.wordpress.com/


[1]  Andini T. Nirmala.2003.Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya:Prima Media.Hal.455.
[2] Dr. Zakiah Daradjat.2012.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta:Bumi Aksara.Hal.34.
[3] Dr. Zakiah. Ibid.Hal.34.
[4] Andini T. Nirmala.Loc.Cit.hal.210.
[5] Q.S. Luqman ayat 13
[6] Q.S. asy-Syuara’ ayat 214
[7] Q.S. At-Tahriim Ayat 6.
[8] Dr. Zakiah Daradjat.Loc.Cit.Hal.210
[9] Q.S.Al-Mujadillah ayat 11.
[10] Q.S. Ath-Thur ayat 21
[11] Q.S. Ali Imran Ayat 110.
[12] Q.S. Ibid, Ayat 104
[13] Q.S.At-Taubah Ayat 71

No comments:

Post a Comment

kotak saran